This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Translate

Translate

Kamis, 11 Oktober 2012

‎--- Belajar Secara Perlahan Namun Pasti ---

Bayangkan engkau sedang lapar berat, di luar hujan lebat, warung-warung tutup dan engkau hanya sendirian di rumah. Setelah seluruh bagian rumah engkau teliti dan tak satu pun kau temukan sesuatu yang bisa dijadikan sayur atau lauk pelengkap nasi, tanpa sengaja, engkau akhirnya berhasil menemukan sesuatu yang bisa dijadikan lauk. Engkau tentu senang bukan kepalang. Namun, sayangnya, ini belum matang, engkau harus mengolahnya terlebih dahulu sebelum bisa memakannya. Sayangnya lagi, engkau tidak tahu bagaimana harus memasaknya agar bahan itu bisa enak dimakan. Padahal, engkau sering melihat ibu atau kakakmu memasaknya, hanya saja, engkau tidak pernah memerhatikan cara mereka memasaknya. Yang engkau tahu adalah bahwa makanan ini harus digoreng!

Maka, malam itu engkau menggorengnya dengan “caramu” sendiri. Engkau menyiapkan wajan, menuangkan minyak dan menyalakan kompor. Engkau langsung memasukkan bahan itu begitu kompor menyala, lalu karena menunggu beberapa lama tidak terlihat tanda-tanda matang, engkau meninggalkannya sebentar untuk pergi ke kamar mandi. Rasanya baru sebentar saja ditinggal, tapi ternyata setelah kembali, engkau dapati gorengan itu sudah gosong! Engkau segera mengangkatnya, dan malam itu terpaksa engkau makan dengan lauk GOSONG!

***

Saudara-saudariku, kisah di atas hanya sebuah ilustrasi yang berujung pada sebuah simpulan bahwa pengetahuan-pengetahuan kita terhadap sesuatu, sesederhana apa pun ia, kadang menjadi penting, terutama dalam kondisi-kondisi khusus. Bahkan jika sesuatu itu sering kita lihat, temui dan rasakan sebagaimana contoh di atas. Cara menggoreng, sejatinya adalah pengetahuan yang sederhana, tunggu minyak panas, barulah masukkan bahannya. Jangan lupa dibolak-balik agar rata matangnya, misalnya. Itu adalah ilmu menggoreng. Sederhana saja. Tapi bagi yang tidak tahu, menggoreng adalah hal yang sulit. Bahkan mungkin ada yang urung karena tidak tahu cara melakukannya.

Dalam hidup, sebagai seorang Muslim, barangkali banyak juga hal sederhana yang menjadi ganjalan jika tidak kita ketahui ilmunya. Betapa sering saya menyaksikan seseorang yang seharusnya bisa mendapat pahala shalat jamaah, tidak bisa mendapatkannya hanya karena tidak tahu. Dia datang terlambat dan mendapati imam sudah tasyahud akhir. Akhirnya ia memilih shalat sendiri, padahal Rasulullah memerintahkan agar kita mengikuti imam, pada gerakan apa pun kita mendapatinya. Atau orang-orang yang seharusnya bisa shalat berjamaah, tapi justru melakukannya secara sendiri-sendiri, padahal mereka ada di tempat yang sama.

Pada kesempatan lain, sering saya jumpai para penumpang kereta api tidak menjalankan shalat, hanya karena alasan tidak tahu cara melakukannya dalam perjalanan semacam itu. Padahal ada banyak kemudahan yang diberikan dalam kondisi darurat. Sementara di saat yang sama, masih ada saja orang-orang yang memiliki semangat membara justru jatuh dalam kesalahan, karena beramal tanpa didasari ilmu. Misalnya, mereka yang melakukan shalat sunnah ba’da shalat Ashar.

Ketidaktahuan bukanlah sifat yang melekat secara permanen pada manusia. Namun demikian, ada bentuk ketidaktahuan yang melekat karena perbuatannya sendiri, yaitu karena kelalaian seseorang dalam menghilangkannya dengan belajar. Maka belajar, mencari tahu, adalah sebuah keutamaan, sehingga belajar menjadi perintah yang hukumnya wajib bagi setiap muslim. Bahkan membaca yang merupakan jalan untuk belajar menjadi wahyu pertama yang turun: Iqra’. Ya, membaca, membaca buku, membaca peristiwa, dan membaca ilmu dari apa yang tersaji dalam majelis-majelis pengetahuan.

Ketidaktahuan memang ditoleransi dalam Islam, karena tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap ilmu dan sarana mendapatkan pengetahuan. Tetapi bukan berarti bahwa tidak menjadi masalah jika kita tidak tahu, apalagi tidak mau tahu persoalan yang berkaitan dengan kewajiban fardhiyah kita. Karena jika kita tidak mengetahui ilmunya, bagaimana mungkin kita bisa melakukan kewajiban yang dibebankan kepada kita? Maka berlaku kaidah fikih, “Maa laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajib” (jika suatu kewajiban tak terlaksana kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula hukumnya). Dengan demikian, menuntut ilmu mengenai hal-hal yang terkait kewajiban kita sehari-hari semacam shalat, puasa, halal-haram dan lain-lain menjadi wajib adanya…

Mari sejenak kita simak pendapat para ulama mengenai ketidaktahuan yang dibiarkan ini.

Imam Suyuthi Rahimahullah berkata, “Setiap orang yang tidak mengetahui mengenai sesuatu yang telah diharamkan dan diketahui oleh mayoritas masyarakat, ia tidak dimaafkan, kecuali orang tersebut baru mengenal Islam atau hidup di daerah terpencil yang sulit mengetahui hal tersebut” (Al-Asybah wa an-Nazha’ir, h. 220).

Imam al-Muqarri Rahimahullah mengatakan, “Allah ‘Azza wa Jalla telah memerintahkan kepada para ulama untuk menjelaskan hukum-hukum (kepada ahlinya). Maka, tidaklah diterima kebodohan seseorang yang memungkinkan baginya untuk mempelajarinya” (Al-Qawa’id, juz 2, h. 412).

Imam Ibnu Rajab mengatakan, “Jika seseorang yang hidup di negara Islam dalam lingkungan kaum muslimin berbuat zina dan ia mengaku tidak mengetahui bahwa zina telah diharamkan, perkataannya (pengakuannya) tidak dapat diterima, sebab kenyataannya ia telah mendustainya, meskipun pada dasarnya ia tidak mengethui hal itu” (Al-Qawa’id, h. 343).

Nah, maka dari itu, sudah saatnya kita lebih tekun belajar tentang agama kita, minimal yang terkait dengan kewajiban-kewajiban individu kita. Agar tak lagi lewat kesempatan kita beribadah, agar sesuatu yang sejatinya bernilai ibadah tidak menjelma menjadi dosa atau bahkan ma’shiyat. Mulai saat ini, meski sedikit-sedikit, pelajarilah agamamu, karena masa depan akhiratmu ditentukan oleh iman dan amalan yang berlandaskan ilmu.

Wallahu a’lam.

Semoga Bermanfaat
Salam Santun Ukhuwah Karena_NYA

Selasa, 09 Oktober 2012

Impian sejati

Suatu hari, ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua yang bijaksana. Si anak muda bertanya, “Pak, sebagai seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tentunya anda bisa menjawab semua pertanyaan saya”.
“Apa yang ingin kau ketahui anak muda ?” tanya si orang tua. “Saya ingin tahu, apa sebenarnya yang dinamakan impian sejati di dunia ini”. Jawab si anak muda.
Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan si anak, tapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai. Sampai di suatu sisi, kemudian mereka berjalan menuju ke tengah laut. Setelah sampai agak ke tengah di tempat yang lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba mendorong kepada si anak muda ke dalam air.
Anak muda itu meronta-2, tapi orang tua itu tidak melepaskan pegangannya. Sampai kemudian anak muda itu dengan sekuat tenaga mendorong keatas, dan bisa lepas dari cekalan orang tua tersebut.
“Hai, apa yang barusan bapak lakukan, bapak bisa membunuh saya” tegur si anak muda kepada orang bijak tersebut. Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan si anak, malah balik bertanya ,”Apa yang paling kau inginkan saat kamu berada di dalam air tadi ?”. “Udara, yang paling saya inginkan adalah udara”. Jawab si anak muda.
“Hmmm, bagaimana kalo saya tawarkan hal yang lain sebagai pengganti udara, misalnya emas, permata, kekayaaan, atau umur panjang ?”tanya si orang tua itu lagi.
“Tidak ….. tidak …… tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini diberikan kepada saya, tidak ada yang bisa menggantikan udara ketika saya berada di dalam air” jelas si anak muda.
“Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu sendiri kalau begitu. KALAU KAMU MENGINGINKAN SESUATU SEBESAR KEINGINANMU AKAN UDARA KETIKA KAMU BERADA DI DALAM AIR, ITULAH IMPIAN SEJATI” kata si orang tua dengan bijak.
Sahabat situs motivasi, Resensi.net, apakah anda saat ini mempunyai impian sejati ? Banyak orang yang mengatakan impian mereka ini, atau itu, tapi sebagian besar yang mereka sebutkan adalah keinginan belaka, bukan impian. Keinginan sifatnya tidak mendesak. Kalo bisa dapat syukur, nggak dapat juga tidak apa-apa. Kalo bisa mobil BMW, kalo nggak, Kijang juga gak apa-2.
Ada pula orang yang mempersepsikan impian dengan harapan. Keduanya mirip namun berbeda. Harapan lebih kepada sesuatu di masa depan yang terjadi dengan sendirinya atau atas hasil kerja orang lain. Campur tangan kita kecil sekali, atau bahkan tidak ada. Impian tidak seperti itu. Apapun yang terjadi, mau tidak mau, dengan perjuangan sekeras apapun impian itu HARUS tercapai.
Impian terbaik seorang manusia adalah ketika dia berusia dibawah lima tahun. “Saya mau jadi dokter, mau jadi pilot, mau jadi pengusaha, dll ……” bukankah itu yang kerap dikatakan oleh anak-anak anda ?
Sayangnya, begitu mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah, mereka `diharamkan’ membuat kesalahan. Selain itu, mereka juga mulai diajarkan melihat realitas dunia – dari sisi yang negatif.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika, seorang remaja hingga dia berusia 20 tahun, rata-rata akan menerima 20.000 macam kata “NO”. “Jangan nakal, jangan main air, jangan kesana,jangan malas, jangan pergi, dan ribuan kata jangan yang lain. Memang tujuannya baik karena mengajarkan kepada kita agar dapat hidup dengan baik. Tapi karena terlampau seringnya kata “NO’ itu diterima, akan mempengaruhi pula alam bawah sadar manusia. Sehingga setiap kali kita memikirkan sesuatu yang baru, misalnya impian, yang pertama kali terlintas di benak kita adalah kata “NO”.
Banyak juga orang saat ini apabila ditanya apa impiannya, mereka menjawab tidak tahu. Sungguh malang nasib orang tersebut, karena orang yang tidak mempunyai impian sebetulnya secara mental mereka sudah `mati’. Mungkin orang-2 tersebut menganggap hidup adalah suatu nasib, sehingga sekeras apapun mereka bekerja
atau setinggi apapun impian mereka, namun apabila nasib tidak menghendaki mereka sukses, mereka tidak akan sukses.
Atau ada pula type orang yang terjebak di dalam `comfort zone’, dimana kehidupan mereka saat ini sudah nyaman, atau setidaknya berkecukupan. Mereka merasa tidak perlu membuat suatu impian yang lebih besar. Mereka mungkin akan berkata “Ah, buat apa rumah besar-besar …. Bisa ngontrak aja sudah bagus ……”.
Type ketiga, ada orang yang SENGAJA tidak mau membuat impian, karena ……. malu jika ditertawakan orang lain, dianggap norak, nggak tau diri, atau bahkan gila. Nah, sebenarnya bukan anda yang norak, tapi karena hidup kita sudah terlalu penuh dikelilingi oleh orang-orang dengan pikiran negatif, dimana mereka akan merasa `tidak suka’ jika ada seseorang yang tadinya setingkat dengan mereka, lalu mau pergi ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka akan berusaha dengan ejekan, sindiran dan usaha-usaha lain agar anda tetap `selevel’ dengan mereka. Kalau anda ingin membuktikan, coba besok pagi di kantor, katakan kepada rekan-2 anda , “Saya punya impian untuk jadi orang sukses. Saya akan berusaha keras mencapainya, untuk membawa saya dan keluarga saya ke tingkat yang lebih baik”. Lalu coba lihat ….. berapa banyak yang mentertawakan anda ….. Dan coba lihat pula berapa orang yang mendukung anda. Mungkin hampir tidak ada yang mendukung anda. Masih maukah anda meraih impian tersebut ….. setelah anda ditertawakan ….?
Sahabat situs motivasi resensi.net sekalian, saya yakin kita saat ini masih mampu menciptakan impian-2 kita, asalkan kita mau menghilangkan segala penghalang di dalam benak kita. Cobalah untuk berpikir bebas, seperti anak berusia 5 tahun. Jangan hiraukan apa yang dikatakan orang tentang impian anda, tapi berusahalah agar impian itu tercapai.
Memang benar, kita tidak akan bisa mencapai semua impian kita. Tapi tanpa punya impian, anda tidak akan meraih apa-apa. Ciptakan impian, lakukan kerjanya, dan raih hasilnya !

Semoga sukses !

Selasa, 02 Oktober 2012

“Buah Dari Ketulusan"

       



من جد وجد
 Ra'fat berobat untuk mencari kesembuhan. Banyak dokter dan rumah sakit ia kunjungi di Saudi Arabia sebagai ikhtiar. Namun meski sudah menyita banyak waktu, tenaga, pikiran dan biaya, sayangnya penyakit itu tidak kunjung sembuh juga. Ra'fat mulai mengeluh. Badannya bertambah kurus. Tak ubahnya seperti seorang pesakitan.

Demi mencari upaya sembuh, maka Ra'fat mengikuti saran dokter untuk berobat ke sebuah rumah sakit terkenal spesialis liver di Guangzhou, China. Ia berangkat ke sana ditemani oleh keluarga. Penyakit liver semakin bertambah parah. Maka saat Ra'fat diperiksa, dokter mengatakan bahwa harus diambil tindakan operasi segera. Ketika Ra'fat menanyakan berapa besar kemungkinan berhasilnya. Dokter menyatakan kemungkinannya adalah fifty-fifty.

"50% kalau operasi berhasil maka Anda akan sembuh, 50% bila tidak berhasil mungkin nyawa Anda adalah taruhannya!" jelas sang dokter.

Mendapati bahwa boleh jadi ia bakal mati, maka Ra'fat berkata, "Dokter, kalau operasi ini gagal dan saya bisa mati, maka izinkan saya untuk kembali ke negara saya untuk berpamitan dengan keluarga, sahabat, kerabat dan orang yang saya kenal. Saya khawatir bila mati menghadap Allah Swt namun saya masih punya banyak kesalahan terhadap orang yang saya kenal." Ra'fat berkata sedemikian sebab ia takut sekali atas dosa dan kesalahan yang ia perbuat.

Dengan enteng dokter membalas, "Terlalu riskan bagi saya untuk membiarkan Anda tidak segera mendapatkan penanganan. Penyakit liver ini sudah begitu akut. Saya tidak berani menjamin keselamatan diri Anda untuk kembali ke tanah air kecuali dalam 2 hari. Bila Anda lebih dari itu datang kembali ke sini, mungkin Anda akan mendapati dokter lain yang akan menangani operasi liver Anda."

Bagi Ra'fat 2 hari itu cukup berarti. Ia pun berjanji akan kembali dalam tempo itu. Serta-merta ia mencari pesawat jet yang bisa disewa dan ia pun pergi berangkat menuju tanah airnya.

Kesempatan itu betul-betul digunakan oleh Ra'fat untuk mendatangi semua orang yang pernah ia kenal. Satu per satu dari keluarga dan kerabat ia sambangi untuk meminta maaf dan berpamitan. Kepada mereka Ra'fat berkata, "Maafkan aku, Ra'fat yang kalian kenal ini sungguh banyak kesalahan dan dosa... Boleh jadi setelah dua hari dari sekarang saya sudah tidak lagi panjang umur..."

Itulah yang disampaikan Ra'fat kepada orang-orang. Dan setiap dari mereka menangis sedih atas kabar berita yang mereka dengar dari orang yang mereka cintai dan kagumi ini.

Ra'fat menyambangi satu per satu dari mereka. Meski dengan tubuh yang kurus tak berdaya, ia berniat mendatangi mereka untuk meminta doa dan berpamitan. Dan kondisi itu membuat Ra'fat menjadi sedih. Ia merasa menjadi manusia yang paling merana. Ia merasa tak berdaya dan tak berguna. Sering dalam kesedihannya ia membatin, "Ya Allah.... rupanya keluarga yang mencintai aku.... harta banyak yang aku miliki... perusahaan besar yang aku punya.... semuanya itu tidak ada yang mampu membantuku untuk kembali sembuh dari penyakit ini! Semuanya tak ada guna... semuanya sia-sia!"

Rasa emosi batin itu membuat tubuh Ra'fat bertambah lemah. Ia hanya mampu perbanyak istighfar memohon ampunan Tuhannya. Memutar tasbih sambil berdzikir kini menjadi kegiatan utamanya. Ia masih merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling merana di dunia.

Hingga saat ia sedang berada di mobilnya. duduk di kursi belakang dengan tangan memutar tasbih seraya berdzikir. Hanya Ra'fat dan supirnya yang berada di mobil itu. Mereka melaju berkendara menuju sebuah rumah kerabat dengan tujuan berpamitan dan minta restu. Saat itulah menjadi moment spesial yang tak akan terlupakan untuk Ra'fat.

Beberapa ratus meter di depan, mata Ra'fat melihat ada seorang wanita berpakaian abaya (pakaian panjang wanita Arab yang serba berwarna hitam) tengah berdiri di depan sebuah toko daging. di sisi wanita tadi ada sebuah karung plastik putih yang biasa menjadi tempat limbah toko tersebut. Wanita tadi mengangkat dengan tangan kirinya sebilah tulang sapi dari karung. Sementara tangan kanannya mengumpil dan mencuil daging-daging sapi yang masih tersisa di pinggiran tulang.

Ra'fat memandang tajam ke arah wanita tersebut dengan pandangan seksama. Rasa ingin tahu membuncah di hati Ra'fat tentang apa yang sedang dilakukan wanita itu. Begitu mobilnya melintasi sang wanita, sekilas Ra'fat memperhatikan. Maka ia pun menepuk pundak sang sopir dan memintanya untuk menepi.

Saat mobil sudah berhenti, Ra'fat mengamati apa yang dilakukan oleh sang wanita. Entah apa yang membuat Ra'fat menjadi penasaran. Keingintahuannya membuncah. Ia turun dari mobil. lemah ia membuka pintu, dan ia berjalan tertatih-tatih menuju tempat wanita itu berada.

Dalam jarak beberapa hasta Ra'fat mengucapkan salam kepada wanita tersebut namun salamnya tiada terjawab. Ra'fat pun bertanya kepada wanita tersebut dengan suara lemah, "Ibu..., apa yang sedang kau lakukan?"

Rupanya wanita ini sudah terlalu sering diacuhkan orang, hingga ia pun tidak peduli lagi dengan manusia. Meski ada yang bertanya kepadanya, wanita tadi hanya menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arah si penanya. Sambil mengumpil daging wanita itu berkata, "Aku memuji Allah Swt yang telah menuntun langkahku ke tempat ini. Sudah berhari-hari aku dan 3 orang putriku tidak makan. Namun hari ini, Dia Swt membawaku ke tempat ini sehingga aku dapati daging limbah yang masih bertengger di sisi tulang sisa. Aku berencana akan membuat kejutan untuk ketiga putriku malam ini. Insya Allah, aku akan memasakkan sup daging yang lezat buat mereka...."

Subhanallah. ...! bergetar hebat relung batin Ra'fat saat mendengar penuturan kisah kemiskinan yang ada di hadapannya. Tidak pernah ia menyangka ada manusia yang melarat seperti ini. Maka serta-merta Ra'fat melangkah ke arah toko daging. Ia panggil salah seorang petugasnya. Lalu ia berkata kepada petugas toko, "Pak..., tolong siapkan untuk ibu itu dan keluarganya 1 kg daging dalam seminggu dan aku akan membayarnya selama setahun!"

Kalimat yang meluncur dari mulut Ra'fat membuat wanita tadi menghentikan kegiatannya. Seolah tak percaya, ia angkat wajah dan menoleh ke arah Ra'fat. Kini mata wanita itu menatap dalam mata Ra'fat seolah ia berterima kasih lewat sorot pandang.

Merasa malu ditatap seperti itu, Ra'fat menoleh ke arah petugas toko. Ia pun berkata, "Pak..., tolong jangan buat 1 kg dalam seminggu, aku rasa itu tidak cukup. Siapkan 2 kg dalam seminggu dan aku akan membayarnya untuk setahun penuh!" Serta-merta Ra'fat mengeluarkan beberapa lembar uang 500-an riyal Saudi lalu ia serahkan kepada petugas tadi.

Usai Ra'fat membayar dan hendak meninggalkan toko daging, maka terhentilah langkahnya saat ia menatap wanita tadi tengah menengadah ke langit sambil mengangkat kedua belah tangannya seraya berdoa dengan penuh kesungguhan:

"Allahumma ya Allah... berikanlah kepada tuan ini keberkahan rezeki. Limpahkan karunia-Mu yang banyak kepadanya. Jadikan ia manusia mulia di dunia dan akhirat. Beri ia kenikmatan seperti yang Engkau berikan kepada para hamba-Mu yang shalihin. Kabulkan setiap hajatnya dan berilah ia kesehatan lahir dan batin.....dst"

Panjang sekali doa yang dibaca oleh wanita tersebut. Kalimat-kalimat doa itu terjalin indah naik ke langit menuju Allah Swt. Bergetar arsy Allah Swt atas doa yang dibacakan sehingga getaran itu terasa di hati Ra'fat. Ia mulai merasakan ketentraman dan kehangatan. Kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hampir saja Ra'fat menitikkan air mata saat mendengar jalinan indah kalimat doa wanita tersebut. Andai saja ia tidak merasa malu, pastilah buliran air mata hangat sudah membasahi pipinya. Namun bagi Ra'fat pantang menangis..., apalagi dihadapan seorang wanita yang belum ia kenal.

Ra'fat lalu memutuskan untuk meninggalkan wanita tersebut. Ia berjalan tegap dan cepat menuju mobilnya. Dan ia belum juga merasakan keajaiban itu! Ya, keajaiban yang ditambah saat Ra'fat membuka dan menutup pintu mobil dengan gagah seperti manusia sehat sediakala!!!

Sungguh doa wanita itu memberi kedamaian pada hati Ra'fat. Sepanjang jalan di atas kendaraan Ra'fat terus tersenyum membayangkan doa yang dibacakan oleh sang wanita tadi. Perjalanan menuju rumah seorang kerabat itu menjadi indah.

Sesampainya di tujuan lalu Ra'fat mengutarakan maksudnya. Ia berpamitan dan meminta restu. Ia katakan boleh jadi ia tidak lagi berumur panjang sebab sakit liver akut yang diderita.

Anehnya saat mendengar berita itu dari Ra'fat, sang kerabat berkata, "Ra'fat..., janganlah engkau bergurau. Kamu terlihat begitu sehat. Wajahmu ceria. Sedikit pun tidak ada tanda-tanda bahwa engkau sedang sakit."

Awalnya Ra'fat menganggap bahwa kalimat yang diucapkan kerabat tadi hanya untuk menghibur dirinya yang sedang sedih. Namun setelah ia mendatangi saudara dan kerabat yang lain, anehnya semuanya berpendapat serupa.

Dua hari yang dimaksud pun tiba. Ia didampingi oleh istri dan beberapa anaknya kembali datang ke China. Hari yang dimaksud untuk menjalani operasi sudah disiapkan. Sebelum masuk ruang tindakan, beberapa pemeriksaan pun dilakukan. Setelah hasil pemeriksaan itu dipelajari maka ketua tim dokter pun bertanya keheranan kepada Ra'fat dan keluarga: "Aneh....! dua hari yang lalu kami dapati liver tuan Ra'fat rusak parah dan harus dilakukan tindakan operasi. Tapi setelah kami teliti, mengapa liver ini menjadi sempurna lagi?!"

Kalimat dokter itu membuat Ra'fat dan keluarga menjadi bahagia. Berulangkali terdengar kalimat takbir dan tahmid di ruangan meluncur dari mulut mereka. Mereka memuji Allah Swt yang telah menyembuhkan Ra'fat dari penyakit dengan begitu cepat. Siapa yang percaya bahwa Allah yang memberi penyakit, maka ia pun akan yakin bahwa hanya Dia Swt yang mampu menyembuhkan. Jangan bersedih dan merasa hidup merana. Sadari bahwa dalam kegetiran ada hikmah bak mutiara!




Sahabat CCM... Semoga kita semua mendapat hikmah besar dari cerita diatas...

Terimakasih telah membaca...


Salam Motivasi...!

Sabtu, 29 September 2012

taNda orAng ikhLas dalaM melakukan suaTu amal pErbuatan.


Pertama, tidak gampang kecewa. Orang yang ikhlas tidak akan bingung memikirkan hasil akhir yang dia peroleh atas apa yang dikerjakan. Baik dan buruk suatu hasil pekerjaan dia serahkan kepada Allah. Baginya yang terpenting adalah bagaimana dia menjalankan proses tersebut dengan mempersembahkan yang terbaik bagi Allah. Sehingga apapun yang terjadi, dia tidak mudah kecewa dan putus asa.

Kedua, orang yang melakukan sesuatu kemudian dia melupakan kebaikannya. Just do it and forget it, itulah kuncinya. Orang seperti ini hanya sibuk untuk melakukan kebaikan, namun tidak sibuk menunjukkan kebaikannya kepada orang lain. Seperti halnya orang yang BAB (Buang Air Besar). Setelah selesai, dia tidak pernah mengingat dan mencari apa yang telah dibuang dari dalam tubuhnya tersebut.

Ketiga, tidak membedakan amal besar dan kecil. Baginya semua amal yang dia kerjakan adalah sama saja. Yang terpenting adalah niatnya. Bisa jadi seorang makmum yang ikhlas menata sandal para jamaah shalat di masjid pahalanya lebih besar daripada seorang imam shalat jamaah yang hanya mengharapkan pujian dari orang-orang di sekitarnya.

Keempat, tidak memusingkan status. Baginya dimanapun dia berada, dia harus bisa mempersembahkan yang terbaik di mata Allah. Seorang kader dakwah seharusnya tidak memusingkan di posisi mana dia berada. Staf, midle, ataupun posisi pengurus harian, tetap membuatnya bekerja optimal dalam mengemban amanah-amanahnya.

Bertanyalah pada diri kita masing-masing ???
Apakah selama ini kita hanya mengharapkan ridho Allah ???
Ataukah masih ada kecenderungan-kecenderungan lain yang melenakan kita ????

Selasa, 10 April 2012

cP AhLuL KiTaB ???




Makna Bahasa
Kata ahl  berasal dari kata ahila-ya’halu-ahlan. Al-Ahl artinya adalah famili, keluarga, kerabat. Ahl ar-rajul artinya adalah istrinya, ahl ad-dâr artinya penduduk kampung, ahl al-'amr artinya penguasa, ahl al-madzhab artinya orang-orang yang beragama dengan mazhab tersebut, ahl al-wabar artinya penghuni kemah (pengembara), ahl al-madar atau ahl al-hadhar artinya orang yang sudah tinggal menetap.[1]
Dari pengertian di atas, kata ahl jika disambung dengan al-kitâb, tampaknya yang paling sesuai pengertiannya secara bahasa, adalah orang-orang yang beragama sesuai dengan al-Kitab.  Dengan ungkapan lain, mereka adalah para penganut atau pengikut al-Kitab.  

Makna Istilah
Al-Quran telah mengecualikan kaum Muslim dari sebutan Ahlul Kitab meskipun kaum Muslim beragama sesuai dengan kitab samawi, yaitu al-Quran.  Berikutnya, sebutan Ahlul Kitab hanya menunjuk kepada Yahudi dan Nasrani, tidak mencakup selain keduanya.
Kata Ahlul Kitab dinyatakan di dalam 31 ayat al-Quran.[2] Al-Quran menggunakan kata Ahl al-Kitâb hanya dengan penunjukkan kepada dua golongan, yaitu  Yahudi dan Nasrani. Terbukti bahwa semua ayat Ahl al-Kitâb menunjuk kepada dua golongan tersebut.  Hal ini dapat kita pahami dari penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat tersebut, juga dari sebab-sebab turunnya. 
Pada masa Rasulullah saw. dan masa sahabat terma Ahl al-Kitâb selalu digunakan hanya untuk menunjuk dua komunitas pemeluk agama Yahudi dan Nashrani.  Selain dua komunitas tersebut tidak disebut sebagai Ahl al-Kitâb. 
Sebagian ulama berpendapat bahwa Ahl al-Kitâb hanya Yahudi dan Nasrani dari Bani Israel, sedangkan di luar Bani Israel, sekalipun beragama Yahudi atau Nasrani, tidak termasuk Ahl al-kitâb.  Mereka berargumentasi bahwa Nabi Musa a.s. dan Isa a.s. hanya diutus untuk kaumnya, yaitu Bani Israel. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa obyek seruan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. yang diutus hanya Bani Israel. Akan tetapi, hal itu tidak menunjukkan tidak bolehnya orang di luar Bani Israel mengikuti risalah Taurat dan Injil; juga tidak menunjukkan bahwa pengikut Taurat dan Injil selain Bani Israel tidak termasuk Ahl al-Kitâb. Apalagi bahwa orang-orang Arab (bukan keturunan Bani Israel) pada masa Nabi saw. tetap dimasukkan sebagai bagian Ahl al-Kitâb, di samping  karena sebutan Ahl al-Kitâb adalah umum untuk semua orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani. 
Imam ath-Thabari, ketika menafsirkan surat Ali Imran ayat 64, menyatakan, "Ahl al-Kitâb bersifat umum mencakup seluruh pengikut Taurat dan pengikut Injil. Yang demikian sudah diketahui bersama, yakni bahwa yang dimaksud dengn Ahl al-Kitâb adalah dua golongan itu seluruhnya. Hal senada juga dinyatakan oleh asy-Syaukani dalam tafsir Fath al-Qadîr." [3]
Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat tersebut, menyatakan, "Seruan ini bersifat umum mencakup seluruh Ahl al-Kitâb, yaitu Yahudi dan Nasrani, serta siapa saja yang berjalan di atas jalan mereka."[4]
Artinya, setiap orang yang menganut agama Yahudi atau Nasrani, sekalipun bukan keturunan Bani Israel, adalah bagian dari Ahl al-Kitâb. 
Ada juga sebagian kaum Muslim yang beranggapan bahwa sekarang Ahl al-Kitâb sudah tidak ada. Artinya, orang Yahudi dan Nasrani sekarang bukanlah Ahl al-Kitâb.  Mereka berargumentasi, Ahl al-Kitâb adalah orang Yahudi dan Nasrani pada masa Rasulullah saw., atau menjalankan ajaran Taurat dan Injil yang sebenarnya secara lurus. 
Pendapat tersebut kurang tepat.  Sebab, penyimpangan orang Yahudi dan Nashrani juga sudah terjadi pada masa Rasul saw. bahkan sudah berlangsung sebelum masa beliau. Al-Quran dengan jelas menyatakan bahwa orang Nasrani pada waktu itu sudah meyakini ide trinitas,[5] meyakini bahwa al-Masih Putra Maryam adalah Allah,[6] meyakini al-Masih adalah anak Allah,[7] mennyekutukan Allah dengan menjadikan rahib-rahib dan orang-orang besar mereka sebagai tuhan selain Allah (orang Yahudi juga berperilaku sama),[8] dan penyimpangan Nasrani lainnya masih banyak.  Sedangkan orang Yahudi berkeyakinan bahwa Uzair adalah anak Allah,[9] menutupi kebenaran dengan memalsukan isi Taurat,[10] dan banyak penyimpangan lainnya.
Artinya, orang Yahudi dan Nasrani memang sudah menyimpang sejak masa Rasul saw. Oleh karenanya, mereka dengan jelas digolongkan sebagai orang kafir.[11]  Adapun sekarang, penyimpangan mereka bertambah lebih banyak lagi.  Namun, status mereka adalah sama dengan pada masa Rasul saw., yaitu termasuk orang kafir. 
Ada pendapat nyleneh yang dikembangkan oleh kalangan Islam Liberal. Menurut mereka, Ahl al-Kitâb bukan hanya orang Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup semua penganut agama yang memiliki kitab suci termasuk Hindu, Budha, Konghuchu, Sinto, dll. Pendapat ini adalah pendapat batil.
Rasul saw. dan para sahabat pada waktu itu mengetahui tentang orang Majusi dan agama mereka.  Namun, orang Majusi tidak mereka sebut sebagai Ahl al-Kitâb. Imam Malik bin Anas meriwayatkan bahwa Umar  pernah menyebut Majusi lalu berkata, "Saya tidak tahu bagaimana memperlakukan urusan mereka."
Kenyataan bahwa mereka bukan Ahlul Kitab juga diperkuat oleh fakta bahwa hukum tentang Ahlul Kitab tidak diterapkan semua atas mereka.  Hasan bin Muhammad bin ’Ali bin Abi Thalib menuturkan:
اَ
Rasulullah saw. menulis surat kepada orang-orang Majusi Hajar. Beliau menyeru mereka pada Islam. Siapa saja yang masuk Islam diterima, sedangkan yang tidak, dikenakan atas mereka kewajiban membayar jizyah, hanya saja sembelihan mereka tidak boleh dimakan dan wanita mereka tidak boleh dinikahi (HR al-Baihaqi).[12]

Hadis ini menjelaskan perlakuan seperti terhadap Ahlul Kitab dalam hadis Imam Malik di atas, yaitu bahwa perlakuan sama itu tidak dalam semua hal, tetapi hanya dalam masalah jizyah. Artinya, orang Majusi juga dikenai kewajiban membayar jizyah, tetapi mereka termasuk orang-orang musyrik. 
Walhasil, Ahlul Kitab secara syar‘i hanyalah orang-orang beragama Yahudi dan Nasrani baik dulu pada masa Rasul saw. dan para sahabat ataupun masa sekarang dan yang akan datang.
Terhadap Ahlul Kitab, Islam memberikan hukum yang berbeda dengan kaum musyrik: sembelihan Ahlul Kitab boleh dimakan dan kaum wanitanya yang muhshanat (yang senantiasa menjaga diri dan kesuciannya) boleh dinikahi, yang menurut banyak ulama harus memenuhi syarat-syarat tertentu. [] 


[1]     Munawir, Kamus al-Munawir hlm. 46, Pustaka Progressif; Ibn Manzhur, Lisân al-’Arab 1/28; al-Manawi, at-Ta‘ârif 1/105; Ar-Razi, Mukhtâr ash-Shihâh, 1/13.
[2]     QS 02: 105, 109; QS 03: 64, 65, 69, 70, 71, 72, 75, 98, 99, 110, 113, 199; QS 04: 153, 159, 171; QS 05: 15, 19, 59, 65, 68, 77; QS 29: 46; QS 33: 26; QS 57: 29; QS 59: 2, 11; QS 98: 1, 6.
[3]     Ath-Thabari, Tafsîr ath-Thabari, 3/303, Dar al-Fikr, Beirut; Asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, 1/348. Dar al-Fikr, Beirut.
[4]     Ibn Katsir, Tafsîr Ibn Katsîr, 1/372. Dar al-Fikr, Beirut.
[5]     Lihat: QS al-Maidah [05]: 73, ide trinitas sendiri dijadikan doktrin resmi gereja dalam Konferensi Nicea pada abad ke-2 M.
[6]     Lihat: QS al-Maidah [05]: 17.
[7]     Lihat: QS at-Taubah [09]: 30.
[8]     Lihat: QS Ali Imran [03]: 64.
[9]     Lihat: QS at-Taubah [09]: 30.
[10]    Lihat: QS Ali Imran [03]: 71 dan 78.  Lihat juga catatan kaki al-Quran dan terjemahan maknanya oleh Depag, yang mengisyaratkan bahwa orang Nasrani juga melakukan hal sama.
[11]    Sebagai tambahan, lihat: QS al-Baqarah [02]: 105; al-Hasyr [59]: 2, 11; al-Bayyinah [98] 1,6
[12]    Al-Qadhi Taqiyyuddin an-Nabhani, Nizhâm al-Ijtimâ’î fî al-Islâm, hlm. 108, Hizbut Tahrir cet. 4 (Mu’tamadah). 2003.

Senin, 09 April 2012

Hati yang Sempurna


    Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.
Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?".

Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan".

"Ya", kata pak tua itu," Hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan.
Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan. Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan.
Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, lalu merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata.
Pemuda itu melihat ke dalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir ke dalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.